Rabu, 21 November 2007

A garden of heart

A Garden of Heart

Mas Banu sayang,
Apa yang terlintas di pikiranmu jika kusebut angka 12? Ia adalah angka yang nyaris menuju angka 13 yang sering disebut ‘sial’ itu bukan? Kau pasti ingat film Friday the Thirteen, film horror setiap hari jum’at itu, ilusi rasa takut yang diciptakan Hollywood dan di kapitalisasi ke seluruh dunia, lalu demi mencicipi rasa takut itu kita membayar mahal, ratusan ribu. Hmm, jadi apakah angka 12 adalah satu tahap sebelum rasa takut? Haha. Aku tentu saja tidak percaya semua itu sayangku, sebab rasa takut, cinta, bahagia, kecewa, sedih, duka, lara, marah, jijik semua ternyata berasal dari kita sendiri. Ada semacam efek kimiawi yang kita ciptakan dari pengalaman hidup kita, dari kehidupan masa kecil kita, dari respon-respon orang-orang terdekat kita terhadap perilaku kita, lalu itu menjadikan kita memiliki karakter tertentu, kepribadian tertentu, yang unik, satu-satunya, yang berbeda sama sekali walaupun dengan saudara kembar kita, sebab kita tidak mungkin menciptakan pengalaman yang sama dan sebangun bukan? Lalu, apakah karena pandangan ini, Intan termasuk penganut psikologi humanis eksistensialis sebagaimana Carl Rogers, Rosseau, Erich Fromm, atau Jean Paul Sartre, what ever-lah.., aku ini lebih banyak multi approach-nya, daripada single approach. Atau teman-teman penggemar ilmu sosial mengatakan pendekatan eklektik. Pasti kau bilang ”Dasar, bunglon!” Hehe.. mungkin bisa dikatakan dengan cara lebih positif, aku ini orang yang adaptif, haha.
Jadi, begitulah masku sayang..
Pada tahun ke-12 perkawinan kita ini, justru bukan rasa takut yang tercipta, tetapi rasa cinta yang kita ciptakan. Kau perhatikankah bedanya? Kubilang rasa takut itu tercipta, jadi itu berarti tanggungjawabnya bukan pada kita, it’s blooming automatically because our past experience, tetapi kita bisa melawannya dengan menciptakan cinta. Indah bukan? Menciptakan, kata Ibnu Rusyd, berarti menggabungkan materi dengan bentuknya, atau mengaktuliasikan potensi menjadi aktus, lalu kita bertanggungjawab terhadap penciptaannya (yang terakhir ini tambahanku).Tanggungjawab berarti pula mengambil seluruh peran untuk memeliharanya, menumbuhkannya, mengembangkannya, memupuknya, sehingga ia akan terus mengada dalam aktusnya. Penciptaan bukan berasal dari ketiadaan, is not creatio ex nihilo, ia berasal dari sesuatu yang ada, dan terus-menerus ada. Jadi sesungguhnya menciptakan ”cinta” berarti mengadakan DIA, yang terus-menerus ada.
Rasa takut terhadap apakah yang kadang tercipta di usia perkawinan ke 12, mas sayang? Rasa takut bosan, rasa takut kehilangan, rasa takut tak mampu memenuhi kebutuhan pasangan, dan sebagainya-dan sebagainya. Tetapi karena kita adalah manusia, that have a goodness of humanature, Kata Rosseau , Laqad khalaqnal insana fii ahsani taqwim, kata Qur’an. So, we would create love!, kata Fromm. “I Would!” itu kataku.
Dari mana kita menciptakannya, mas? Dari sini, dari tempat kita menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian kita, terus-menerus, tempat itu bernama ”taman hati”, a garden of heart.
Di usia perkawinan kita yang ke 12 ini, di usiaku yang ke 35 tahun ini, di semester terakhirku mengerjakan tesis ini, aku semakin mengerti mengapa aku mencintaimu, Sebab aku menciptakannya di dalam taman hatiku, menciptakan cinta untukmu. Maukah kau juga menciptakannya terus-menerus untukku?

Cinta Padamu

Tulisan ini telah dimuat di buku : Rumah Penuh Cinta, bersama Afifah Afra dan Muthi Masfufah

Tidak ada komentar: